Sunday 26 January 2014

My Inspiration, Hana Tajima.

Awal melihat dia tampil di layar lepiku, aku langsung jatuh hati pada gaya berpakaian dan hijabnya. Keren!
Tanpa malu-malu, aku coba mengenakan salah satu jilbabku dan meniru gaya berhijab Hana Tajima. Sangat simple untuk orang yang tidak suka ritual meribetkan diri sepertiku, wkwk.

Monday 20 January 2014

Yang Lebih Kejam Daripada Terbunuh dan Difitnah

Jenuh kepada manusia. Dan karena perasaan itu datang kembali, aku memilih untuk berhadapan dengan syaitan. Namun bukan untuk berteman, melainkan untuk melampiaskan kekesalanku pada dunia. Kerasnya kehidupan yang baru level 1 kujejaki. Ternyata sangat keras, bahkan aku belum bisa menerimanya. Ketika mengetahui aku sudah bukan anak-anak lagi, aku berani maju. Hidupku harus terus berjalan walau sekeras apapun, karena tujuanku hanya surga dan kekal di dalamnya. Semoga..

Sempat terpikirkan olehku untuk meninggalkan semua yang telah kujalani dan kumiliki. Sendiri itu kejam, lebih kejam dari pembunuhan dan difitnah. Bisa kau bayangkan jika harus sendirian di bumi? Aku pikir orang akan memilih mati.
Keputusasaan segera datang menyelimuti. Tidak, aku masih yakin hidup ini adil, hanya saja aku belum menemukan letak keadilan. aku tidak boleh serta merta mengatakan bahwa dunia tidak adil, tidak. Dunia ini adil berkatNya.

Jejak Kecil Si Gadis (Part I)

Ini adalah cerita tentang jejak-jejak kecilku di sebuah cabang surga yang terdapat di bumi. Itu menurutku, karena sepanjang mata memandang hanya ada hamparan hijau sawah bagai zamrud.

Diawali dengan mengunjungi pantai Wakka yang terletak di sebuah desa di Kabupaten Pinrang, aku beserta rombongan menikmati belaian lembut angin dan nyanyian ombak yang menyuguhkan sejuta pesona keindahan. Puas dengan semua itu, kami pun menyantap hidangan yang telah disediakan, ikan bakar lengkap dengan nasi dan sayur. Ini yang menjadi penggugah seleraku untuk makan, ada sambel mangga. Hohoho~



*Tidak lupa, dalam kesenangan ini kami tidak lepas untuk beribadah pada Allah, sedikit berbagi cerita tentang kebahagian kami padaNya. Terima kasih untuk Allah atas kesempatan di sejuknya udara 18 Januari 2014 :)

~~~~~
Usai ritual pengenyangan perut (hehe), aku dan beberapa orang teman mengunjungi kediaman seorang teman kami yang kebetulan tinggal tidak jauh dari pantai wisata tersebut. Di sana kami disuguhkan lagi dengan makanan khas bernama Anjoroi. Anjoroi terdiri dari pisang rebus yang dicampur dengan kuah santan yang manis. Jika suka, boleh ditambahkan dengan sambel terasi dalam kuahnya. Wah, pertama kali melihatnya, rasa penasaranku langsung meloncat ke dalam kuah Anjoroi. Rasanya lumayan enak dilidahku, walaupun awalnya agak aneh karena baru pertama kali mencobanya. Karena masih kenyang usai makan ikan di pantai, aku hanya bisa memakan setengah piring.

Tak lupa pula kami mengunjungi mesjid yang menurut kami sangat unik. Mesjid ini berdiri di atas empang. Arsitekturnya pun sangat indah, bahkan saat ingin meninggalkan mesjid tersebut, rasanya aku tidak ingin melepas pandanganku terhadap keindahannya. Huee~

Nih dia, keren kan? :D

Kita narsis-narsisan dulu hehehe >_<


Ini bukan akhir dari perjalanan lho, setelah itu kami mengunjungi kediaman teman kami selanjutnya. Di sana lagi-lagi perut kami dimanjakan dengan bubur manado. Benar-benar hari itu kami kekenyangan -_-
Tetapi alhamdulillah :D

Ini dia wajah bubur manado yang menggiurkan itu. Taraaa~~

Cukup sampai di situ saja, setelah beberapa ritual tadi, akhirnya kami tepar juga.
Sangat menyenangkan, dan aku berharap akan ada hari dimana kami bisa liburan bersama-sama kembali :D

Thursday 16 January 2014

Rain Rain Rain

Seharian ini hujan tak kunjung berhenti membasahi kota kelahiranku, Parepare. Ada yang unik dari hujan hari ini, aku melihat bulir keceriaan yang turun bersama air hujan. Mungkin hanya menurut pandangan mataku saja, dan itu membuatku senang sepanjang hari.
Sebab matahari enggan menjenguk bumi, aku masih diam dalam bekunya hari walau hatiku masih tetap hangat. Kasih sayang di dalamnya harus tetap dihangatkan agar tidak basi, jika sudah demikian, aku akan menjadi fakir kasih. Sungguh mengenaskan.

Besok ada rangkaian cerita yang harus kuabadikan. Bersama anak-anak manusia yang kuanggap saudaraku sendiri. Ada banyak kebencian yang disemaikan oleh para pembenci, namun aku rasa akan lebih banyak lagi yang terbuang oleh derasnya hujan. Menyerap ke dalam tanah, mengalir ke sungai dan hanyut dibawa arus. 
Kau hujan, mengapa begitu kekal di hati? Hadirmu selalu menginspirasi jemariku untuk menari.

Wednesday 15 January 2014

Assalamualaikum Mimpi yang Telah Usai

Assalamualaikum siapapun dan apapun di dunia ini.

Ada baiknya membangunkan orang dengan lemah lembut, dekati kupingnya atau setidaknya bertutur yang baik untuk membangunkannya. Dan jangan lupa beri ia salam, insya Alloh sehari dalam hidupnya ia akan dibalut dengan keselamatan.
Kepada mimpi yang telah usai, terima kasih telah memilihku untuk jadi pemeran utama dalam peristiwa indah di alam bawah sadarku.

Rintik Pertama di Januari



Aku melihat salah satu anak hujan datang padaku di awal pembukaan gerbang Januari. Saat itu ia masih kecil, belum tahu apa-apa dan banyak bertanya kepadaku tentang kehidupan ini. Aku menjawab sesuai yang kuketahui dan ia balas dengan anggukan yang menggemaskan. Beberapa hari setelah pertemuan kami, ia datang kembali. Ia tumbuh sangat cepat dan kali ini ia hanya sedikit bertanya padaku dan mencatat semua jawabanku di buku catatan kecilnya. Di pertengahan Januari yang basah, ia datang kembali setelah seminggu ia tak menemuiku. Kali ini ia membawa sebuah rintik lainnya yang cantik. Mereka bergandengan dengan mesranya sambil menyapaku dingin. Dan aku kecewa ia tak lagi bertanya padaku. Aku tahu ia sudah besar sekarang, ia pasti tahu semua hal tentang kehidupan. Dari balik kaca jendela aku menatap ia bersama teman rintiknya yang cantik sedang bersenda gurau. Sangat bahagia. Aku belum menutup pintu untuk rintik pertama di Februari.

PENALOVE


Duarrrr! Mungkin seperti itu lidahku menerjemahkan suara guntur yang tak henti-hentinya tebar pesona di atas langit. Mengundang perhatian banyak anak manusia padahal kami takut jadi amukan dirinya. Pagi itu, derasnya hujan seolah menggoda hati untuk terlelap kembali. Namun aktivitas di kampus selalu terbayang dan menari di benakku. Ketika hendak mengambil pakaian yang tergeletak pasrah di kasur, ada gulungan kertas di sana. Rasa penasaranku yang nakal mendorongku untuk mengambilnya dan membuangnya ke tempat sampah. Namun, sebelumnya aku membuka gulungan kertas itu dan mendapati tulisan “Tetaplah menulis, wahai gadis berkacamata. Tempatkan kenangan-kenangan di setiap sudut kehidupanmu! Dari PENALOVE.”

“PENALOVE?? Siapa dia?” spontan sebelah alisku naik setengah senti.

Apa peduliku, sampai sekarang makhluk bernama PENALOVE itu belum keketahui keberadaannya. Aku hanya menyimpan nasehat kecilnya yang maknanya luar biasa besar.