Wednesday 25 February 2015

Permata Hitam Dari Jawa



Tahu Dodit Mulyanto, kan? Enggak? Kampungan! (medok) :p

Dodit Mulyanto, komika asal Surabaya ini telah berhasil membuat penonton tertawa berjamaah di Gedung Islamic Center, Kota Parepare. Dalam event SUN2AJTP yang diadakan oleh komunitas stand up comedy Ajatappareng ini turut menghadirkan Sri Rahayu, komika asal Makassar yang sebenarnya asli Sidrap, sebuah kabupaten penghasil beras di Sulawesi Selatan. Gelak tawa kami telah terkuras oleh ketiga komik opener yang berhasil membuatku ngakak sambil berurai air mata. Namun, niatku untuk datang malam itu hanyalah untuk melihat Dodit seorang! Entah, aku kok jadi ngefan sama pria jawa. Duh, Dodit, bikin degup jantungku jadi ikutan medok. 
O, ya, ada pertunjukan sulap juga. Lumayan menghiburlah. 
Walau cuma dapat gambar sedikit, tapi aku puas ngakaknya. Lumayan bikin stress pra seminar proposal hilang untuk sementara.  >_<

Btw, saking kagum sama polosnya Dodit, aku mendadak dapat kekuatan entah darimana langsung ciptain puisi saat tiba di rumah.
Nih, puisinya:


PERMATA HITAM DARI JAWA
: untuk Dodit Mulyanto

Kamu. Iya..., kamu
pria Jawa berbakat
bikin aku terpikat


Kamu. Iya..., kamu
yang senyumnya menyulap derita jadi sukacita

Kamu. Iya..., kamu, Mas
yang gesekan biolanya membungkam sunyi
mencipta pelangi
di langit malam Parepare

Kamu. Iya..., kamu
i love you

Bilik Imajinasi, 21 Februari 2015
Arianonaka



Tuesday 17 February 2015

AWAS!



Ada satu kejadian tak terlupakan malam ini. Awalnya, aku diajak salah tiga temanku untuk bertemu di Monumen 40000 jiwa. Seperti biasa, ritual yang dulu sering kami lakukan dan sekarang menjadi jarang karena kesibukan masing-masing. Usai menikmati pempek, kami jalan-jalan ke Pasar Malam Senggol tak jauh dari lokasi monumen tersebut. Beberapa stand kami singgahi untuk membeli sesuatu, tepatnya aku hanya menemani. Karena kerepotan, IR menitipkan dompetnya di ranselku—dikantung bagian depan. Dan kepanikan itu pun terjadi saat kami hendak pulang. Dompet IR tak ada dalam ranselku! Kami pun gelagapan. Mencoba mengingat kembali jalur yang kami lewati dan mengunjungi setiap stand yang kami singgahi tadi. Kami yakin, dompet itu tidak jatuh. Pasti dicuri!! Pikir kami. 

Setelah ditelusuri, mulai dari pinggir pantai hingga ke ujung entah, karena kami sudah tak peduli seberapa jauh kami berjalan. Tetiba seorang anak kecil berlari menuju kami dan menyerahkan sebuah dompet. 

“Ini dompet kakak?” tanya si anak

Kami semua terkejut. Benar, itu dompet milik IR. 

“Tadi ada bapak-bapak naik motor yang kasi ini, di sana,” jelas anak itu sambil menunjuk ke suatu arah.

IR tersungkur di salah satu kursi sambil memeriksa kembali isi dompetnya. Surat-surat penting, slip pembayaran SPP, ATM dll lengkap. Tapi sejumlah uang yang IR simpan ludes. Rasanya tubuhku lemas menyaksikan ini semua.
Tapi, IR sudah mengikhlaskan uang tersebut, sebab yang lebih penting adalah surat-surat berharga dalam dompetnya. 

===============


Nah, kejadian di atas seperti memberi tamparan bagiku agar terus waspada terhadap segala kemungkinan buruk yang terjadi di jalan, apalagi dalam keramaian. Beberapa hal yang bisa dilakukan agar terhindar dari pencopetan saat jalan-jalan menurut si gadis:
  1. Bawalah barang yang dibutuhkan saja (enggak perlu bawa seluruh isi kamar, ya. Jangan memakai perhiasan berlebihan yang akan membuat mata si pencopet berbinar-binar melihat mangsa
  2. Jika memakai ransel, ranselnya digendong di depan (kebetulan malam ini aku memakai ransel dan disimpan di bagian belakang, nekad, sih! -_- )
  3. Jangan menyimpan uang, ponsel, batu akik (?) dan benda-benda berharga lainnya di dalam tas. Simpan saja di saku celana bagian depan atau di bagian-bagian yang tak akan dijangkau oleh pencopet.
  4. Bentengi diri dengan doa sebelum keluar rumah dan pastikan Anda dalam keadaan sadar sepenuhnya :p
  5. Tetap awas. Pencopet itu bisa berwujud apa saja (?), ada yang bergaya sok parlente misalnya.
Pencopet beraksi karena ada kesempatan dalam kesempitan. Maka WASPADALAH! WASPADALAH! (tiru gaya Bang Napi) 

Parepare, 17 Februari 2015

Monday 16 February 2015

Saatnya Terbit Kembali





Tepat setahun aku mencampakkan (?) blog ini. Penyebabnya tak perlu dibahas di sini. Intinya, aku telah kembali. Siap menerbitkan tulisan yang semoga berkenan untuk dibaca. 

Februari lalu, ada banyak kenangan yang bermekaran. Sampai saat ini, walaupun telah berlalu setahun, wewangian kenangan itu masih semerbak di antara tulisan-tulisan lainnya. Aku tak sedang menyangkutpautkannya dengan hari kasih sayang yang konon jatuhnya pada Februari itu, bukan! Kebetulan sekali, Februari kemarin, saldo kenanganku semakin meningkat.

Ada banyak perubahan yang terjadi, salah tiganya---usiaku ‘lah bertambah, gaya menulisku lumayan berkembang, dan aku punya kegiatan dan komunitas menulis di kota kelahiranku, Parepare. Meski terbilang baru, tapi kami bahu membahu menjadikan komunitas yang diberi nama Parepare Menulis itu sebagai wadah bagi cikal bakal penulis Parepare dalam melahirkan karya.

Februari tahun ini pula aku merasakan gregetnya menyusun proposal skripsi, bolak-balik konsultasi tanpa mengenal panas, badai, dan hujan (lebaaay). Tapi benar, lho. Perjuangan itu dibutuhkan untuk mendapatkan sesuatu. Tidak sekadar simsalabim jadi apa, gitu…. (sok bijak)
Selamat datang kembali, Gadis. 

BILIK IMAJINASI, 16 FEBRUARI 2015
ARIANONAKA