Thursday 29 March 2012

Gitar itu tak Berdawai Lagi

Kembali aku mendatangi ruangan sunyi itu. hanya ada aku dan seorang pemuda berwajah pucat tak berdaya yang sedang terbujur lemah di sebuah tempat tidur. Aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai seorang perawat.tapi aku bukan perawat yang lulus dari akademi keperawatan. Aku merawatnya karena itulah kewajibanku sebagai seorang kekasih. Kekasih yang sangat berharga bagiku.
Beribu pertanyaan telah banyak kuterima dari teman-teman dan kerabatku. “untuk apa kau melakukan semua itu?”aku hanya punya satu jawaban yang aku pikir benar dan yah..itulah jawaban tulus dariku. “aku hanya ingin dia bangun dan memainkan gitar ini untukku” jawabku. Terkesan memaksa, dan mungkin hanya aku yang mengerti maknanya.
Kulirik jam berbentuk gitar yang tergeletak di meja. Pukul 04:00 pagi. Aku duduk di samping tempat ia tertidur. Berharap ia akan segera bangun. Sesekali kugenggam tangannya, terasa dingin. Bibirnya terlihat pucat, sungguh pemandangan yang memilukan. Aku tak sanggup melihatnya lebih lama. Lalu kuambil gitar tuaku dan kumainkan sebuah nada lirih sebagai luapan rasa sedihku.
Aku menghentikan permainan gitarku saat kudengar suara adzan berkumandang. Kusegerakan mengambil air wudhu dan shalat subuh. Dalam shalatku, aku berdoa agar Allah membangunkannya. Dia telah lama terbujur dalam keadaan koma. Sering aku berpikir, mengapa bukan aku yang menggantikanya saja?
Setelah shalat, aku kembali duduk disampingnya dan memetik dawai gitar ini. Namun rasanya sama saja. Aku memegang tangannya. Semakin dingin dan kaku. Dengan sedikit perasaan cemas, ku cek denyut nadinya. aku merasakan ada yang berbeda. Aku bersandar dan menghela nafas panjang. Seketika air mataku meleleh membentuk sebuah sungai kecil di pipiku.
Aku beranjak dari kursi dan membuka tirai yang masih tertutup. “selamat pagi” ucapku lirih masih dengan deraian air mata. Aku kembali duduk di sampingnya. Di samping orang yang sangat kucintai yang telah terbujur kaku. Aku memeluk dan mencium keningnya untuk yang terakhir kalinya.
“kuucapkan selamat tinggal untuk pagi ini dan kujelang hari esok tanpa cinta” bisikku padanya.

No comments:

Post a Comment