Tidak ada kata yang pantas
aku ucapkan selain mengucap syukur yang sebesar-besarnya kepada sang khalik,
Alloh Tuhan yang Maha segalanya. Yang dengan kebesarannya telah meniupkan jiwa
baru ke dalam hatiku yang penuh dengan bercak noda kehidupan. Yang dengan
keagungannya menambal celah-celah kecil di hatiku yang berpotensi membuat aku
berbuat dosa lagi. Aku manusia yang penuh dengan dosa, yang kusengaja maupun
tidak. Subhanalloh, dengan memberiku waktu hampir seminggu lamanya, aku telah
berhasil dibuatNya seolah menjadi manusia baru. Perasaan ini sulit kulisankan,
biarlah cerita yang tak sempat kusampaikan itu hanya Alloh yang tahu.
Hampir seminggu di
pengkaderan Darul Arqam Dasar benar-benar sebuah pengalaman spritual yang luar
biasa. Apalagi diadakan di bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahanNya.
Sungguh, aku terharu dan rasanya masih ingin berada dalam kegiatan itu. Namanya
pengkaderan, pasti adalah hal-hal yang sedikit tidak mengenakkan, aku rasa itu
wajar. Tapi dibalik semua itu, ada banyak hikmah yang dapat kupetik seperti
betapa nikmatnya berkeluh kesah pada Alloh di sepertiga malam saat sholat Lail,
mengenalNya lebih dekat dengan mengkaji ayat-ayat Al-Quran, makan tanpa
menyisakan sebutir nasi pun karena sepiring makanan adalah berkah, menuntut
ilmu dan belajar hal-hal baru tentang keagamaan, beradaptasi dengan
peserta-peserta baru, belajar mengemukakan pendapat di depan banyak orang,
belajar kultum, pentingnya sholat sunnah, adab makan yang benar, pentingnya
bekerja sama antar kelompok, belajar mempergunakan waktu yang terbatas dengan
sebaik-baiknya dan masih banyak hikmah lainnya yang tak pernah kudapat
sebelumnya. Dan ada satu kejadian mengejutkan yang tak ada pernah terhapus
dalam memoriku, yaitu saat salah seorang yang kami banggakan di kampus,
ayahanda kami yang sering memberikan wejangan meninggal dunia usai memberi
materi pada kami. Saat beliau selesai memaparkan materi, beliau duduk dan
mengeluh tidak enak badan. Yang aku curigakan, mengapa seperti ada raut tak
biasa yang kutangkap dari wajah seseorang yang tak enak badan, dalam hati aku
merasa ada hal yang aneh. Hingga beliau pun dipapah keluar dari forum.
Pikiranku terus tertuju pada beliau hingga tak fokus lagi mendengarkan
instruktur berbicara. Hingga beberapa menit kemudian datanglah seorang
instruktur lain yang membawa kabar duka bahwa beliau telah dipanggil oleh Yang
Kuasa. Kami yakin bahwa beliau meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Semoga
beliau mendapat tempat terindah di sana, Amin.
Ramadhan tahun ini bisa
kukatakan adalah Ramadhan paling indah selama 19 tahun aku hidup di dunia.
Mengetik tulisan ini pun aku sambil meneteskan air mata haru. Aku rindu suasana
Darul Arqam Dasar, para instruktur, panitia dan teman-teman seperjuanganku.
Yang aku harapkan, kami bisa menjadi kupu-kupu yang baru lepas dari kepompong
seperti yang dikatakan oleh Master of Training, kanda Immawan Firman Mustafa. Terima
kasih ya Alloh, aku bisa engkau pilih jadi manusia yang bisa merasakan
keindahan dalam sepekan ini. Fastabiqul khaerat.
No comments:
Post a Comment